Kedatuan Luwu Gaungkan Peran Strategis Keraton dalam Pembangunan Budaya Nasional

waktu baca 2 menit
Minggu, 29 Jun 2025 17:08 0 1298 Tim Redaksi
 

LUWU — Di tengah arus modernisasi yang kian deras, Kedatuan Luwu tampil sebagai jangkar peradaban yang tak goyah. Lewat perhelatan Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN) yang digelar di Bumi Sawerigading, Sabtu (28/06), Kedatuan Luwu mengukuhkan posisinya sebagai pusat penggerak pelestarian budaya yang adaptif dan kolaboratif.

Tak sekadar pertemuan seremoni, forum ini menjelma menjadi ruang strategis yang mempertemukan puluhan pemangku adat dan raja-raja dari berbagai penjuru Sulawesi dan Kalimantan. Dalam nuansa kebangsaan yang kental, para tokoh adat sepakat bahwa pelestarian budaya bukan hanya urusan nostalgia, melainkan juga investasi peradaban masa depan.

Menyambut para tamu kehormatan, Datu Luwu ke-40, YM Andi Maradang Mackulau Opu To Bau, menegaskan komitmen Kedatuan Luwu dalam merawat kebudayaan sekaligus menjaga kedaulatan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Sejak 1946, kami telah mendeklarasikan bahwa seluruh wilayah Tana Luwu adalah bagian dari NKRI. Sejarah mencatat itu, dan tugas kita kini adalah menguatkan harmoni antara lembaga adat dan pemerintah,” ucap Datu Luwu di hadapan forum.

Lebih jauh, ia menegaskan bahwa keraton di seluruh Nusantara seharusnya tidak hanya menjadi simbol budaya, tetapi juga mitra aktif dalam proses pembangunan, khususnya pada sektor pelestarian nilai-nilai lokal.

“Kita tak hanya menjaga tradisi; kita ingin berjalan beriringan dengan pemerintah merancang arah kebudayaan nasional yang berakar kuat dan berpandangan jauh,” imbuhnya.

Sikap terbuka Datu Luwu mendapat sambutan positif dari Bupati Luwu Timur, H. Irwan Bachri Syam, yang turut hadir dalam forum tersebut. Menurutnya, kolaborasi antara lembaga adat dan pemerintah daerah sangat penting untuk memastikan budaya Luwu tetap hidup dan berkembang.

“Kami dari Pemkab Luwu Timur siap bersinergi dalam menjaga dan mempromosikan kekayaan budaya yang ada. Apalagi Luwu Timur ini dihuni oleh beragam anak suku dari Kedatuan Luwu. Warisan ini milik bersama,” ungkap Irwan.

Lebih dari sekadar pertemuan simbolik, FSKN di Luwu menjadi penanda bahwa kekuatan budaya lokal masih punya daya tawar dalam lanskap pembangunan nasional. Di tengah derasnya globalisasi, forum ini menjadi semacam benteng yang tidak menolak perubahan, namun menakar arusnya dengan kearifan lokal. (ech)