Menteri Kehutanan Tinjau Reklamasi Tambang dan Dorong Perhutanan Sosial di Luwu Timur

waktu baca 2 menit
Sabtu, 14 Jun 2025 04:58 0 1307 Tim Redaksi
 

SOROWAKO – Upaya pelestarian lingkungan pascatambang dan penguatan perhutanan sosial menjadi sorotan utama dalam kunjungan kerja Menteri Kehutanan Republik Indonesia, Raja Juli Antoni, ke Kabupaten Luwu Timur, Jumat (13/06/2025).

Tiba di Bandara Sorowako sekitar pukul 11.40 WITA, Menteri Raja Juli disambut langsung oleh Bupati Luwu Timur, H. Irwan Bachri Syam, Wakil Bupati Hj. Puspawati Husler, jajaran Forkopimda, serta perwakilan manajemen PT Vale Indonesia. Turut serta dalam rombongan, Komisaris MIND ID Grace Natalie yang mendampingi dalam lawatan strategis ini.

Usai menunaikan ibadah Shalat Jumat di Masjid Al-Fath, Sorowako, rombongan langsung menuju lokasi reklamasi tambang PT Vale di Solia Hill. Di sana, Menteri dan rombongan mendengar langsung pemaparan dari pihak perusahaan mengenai proses pemulihan lahan pascatambang sebagai wujud tanggung jawab lingkungan.

Langkah berikutnya membawa Menteri ke Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Wallacea. Di kawasan ini, dilakukan aksi simbolis penanaman pohon, menegaskan komitmen bersama dalam menjaga hutan tropis dan ekosistem unik yang dimiliki Luwu Timur.

Bupati Irwan, dalam keterangannya, menyampaikan bahwa kunjungan ini menjadi momentum penting untuk mengusulkan sebagian kawasan hutan di Luwu Timur agar masuk dalam skema perhutanan sosial—program nasional yang memberi ruang bagi masyarakat mengelola hutan secara produktif dan lestari.

“Ada beberapa wilayah yang kami nilai potensial, seperti Mahalona dan Parumpanai. Total luasan yang diusulkan sekitar 50 hektare, dilakukan secara bertahap. Ini sangat penting mendukung ketahanan pangan dan perekonomian masyarakat,” ujar Irwan.

Respons dari Menteri Kehutanan pun disebut positif. Pemerintah pusat membuka peluang untuk memperluas implementasi perhutanan sosial di Luwu Timur, selama memenuhi syarat legalitas dan keberlanjutan.

Sebagai penutup, kegiatan dilanjutkan dengan coffee break santai di Matano Yath Club, di tepi Danau Matano yang tenang dan eksotis. Di sanalah, dialog informal antara pusat, daerah, dan pihak swasta mengalir, memperkuat komitmen kolaboratif dalam menjaga hutan, air, dan masa depan lingkungan. (ech)