MALILIPOS.COM – Masyarakat Sorowako mengharapkan agar ada persiapan yang dilakukan baik oleh perusahaan maupun pemerintah daerah untuk menghadapi masa purna tambang PT Vale (dulu PT INCO).
Demikian ditegaskan Andi Baso, pendiri Kerukunan Warga Asli Sorowako (KWAS) saat menjadi penanggap dalam diskusi daring yang diselenggarakan oleh The Sawerigading Institute, Jumat (10/07/2020) lalu.
Menurutnya, kekhawatiran terbesar masyarakat di daerah ini adalah bagaimana nasib mereka jika PT Vale telah berhenti beroperasi. Pasalnya, tambang adalah sesuatu yang pasti ada habisnya karena tak bisa diperbaharui.
Karenanya, Andi Baso yang juga menjabat Mokole Nuha itu meminta agar PT Vale dapat lebih fokus pada upaya menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar tambang.
“Kami tidak meminta untuk masuk bekerja (di PT Vale), tapi bagaimana PT Vale bisa menciptakan lapangan kerja,” tegasnya.
Ia lantas menyinggung perlunya PT Vale menjamin masa depan pendidikan warga di sekitar tambang, juga memastikan perekonomian mereka dapat terus tumbuh sehingga bisa lebih mandiri di masa mendatang saat PT Vale sudah berhenti beraktifitas.
Terkait kisruh yang kerap terjadi antara masyarakat dengan pihak perusahaan, Andi Baso mengakui itu merupakan ulah dari sekelompok orang yang ingin mengadu domba masyarakat.
“Ada ulah oknum yang memecah-belah masyarakat, diadu domba antara perusahaan, masyarakat dan pemerintah daerah,” jelas dia.
Dirinya menyebut, saat ini sudah membentuk Badan Pekerja Masyarakat Adat (BPMA) sebagai wadah untuk mencari solusi atas masalah-masalah yang terjadi di sekitar tambang PT Vale.
“Buat apa demo jika mau duduk bersama membahas masalahnya,” pungkasnya.
Untuk diketahui, diskusi yang mengangkat tema Gerakan Sosial di Lingkar Tambang: Politik Perlawanan Masyarakat Asli Sorowako Terhadap PT INCO (Vale) itu menghadirkan narasumber utama Dr Sawedi Muhammad yang membahas hasil riset disertasi doktoralnya.
Selain Andi Baso, diskusi yang dipandu Direktur The Sawerigading Institute Asri Tadda itu juga menghadirkan Prof Jasruddin (Kepala LLDIKTI Wilayah IX Sulawesi dan Gorontalo) dan Prof Kathryn Robinson dari Australian National University sebagai penanggap.
Tampak hadir sejumlah tokoh masyarakat Luwu Timur, diantaranya Prof Mansjur Natsir (Ketua KKLT), Majid Tahir (mantan anggota DPRD Sulsel), Andi Yayath Pangerang, Andi Endhi (mantan anggota DPRD Luwu Timur), Prof Halim Mubin, Prof Muhammad Ali (Pascasarjana Unhas), Bata Manurun (Ketua AMAN Tana Luwu) dan banyak lainnya.
Berikut rekaman audio dari Andi Baso saat menyampaikan tanggapannya.