Oleh: Mutmainnah M.
Siswa Madrasah Aliyah Rante Belu, Larompong, Kab. Luwu, Sulawesi Selatan
Virus Corona atau dikenal dengan Covid-19 merupakan salah satu wabah penyakit yang paling menakutkan pada saat ini, virus tak kasat mata ini mampu membunuh manusia dengan begitu cepatnya, memberikan reaksi dan penularan yang begitu cepat juga. Bayangkan saja dalam hitungan jam, virus ini mampu memberi penularan terhadap ratusan jiwa manusia.
Berdasarkan hal tersebut, maka banyak kegiatan yang tertunda dari rencana awal salah satunya di Indonesia. Berdasarkan infomasi yang diperoleh saat ini (Kamis, 23 April 2020) dari media elektronik bahwa kasus kumulatif pasien terdampak virus Covid-19 berjumlah 7.775/orang, data ini tentu saja akan berubah sesuai hasil verifikasi selanjutnya.
Hanya ada dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu pasien akan bertambah ataupun berkurang. Berbagai cara telah ditempuh oleh masyarakat Indonesia sebagai langkah memutus rantai pendemi dari wabah ini diantaranya memerintahkan penggunaan masker bagi seluruh rakyat Indonesia baik anak-anak maupun orang dewasa, menghindari kerumunan, menjaga jarak, berdiam diri di rumah (lockdown), selalu menjaga kebersihan, bahkan sampai pada solusi akhir yakni menetapkan Perbatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
PSBB yang dianggap sebagai solusi paling ampuh dalam menekan bertambahnya jumlah pasien Covid-19 sepertinya bukanlah solusi akhir dalam memutus rantai pendemi wabah ini, sebab yang terjadi justru menimbulkan dampak sosial dikalangan masyarakat.
Bukan hanya di Indonesia yang harus mencari strategi lain dalam memutus rantai wabah ini tetapi negara lain pun ikut gagal dalam menetapkan beberapa aturan, misalnya di Singapura dengan strategi yang diterapkan yakni total footbal yang awalnya dipercaya untuk menekan jumlah penderita Covid-19 ternyata tidak menjadi solusi akhir, sebab yang terjadi adalah semakin meledaknya kasus penderita Covid-19.
Selanjutnya negara Kuwait misalnya yang menetapkan Lockdown total dengan penjagaan ketat hanya menimbulkan peningkatan jumlah penderita Covid-19 akibat rasa kepanikan masyarakat yang luar biasa hingga imunitas menurun.
Virus Covid-19 saat ini berubah menjadi hal yang benar-benar menakutkan dengan versi begitu menyeramkan, artinya bahwa Covid-19 mungkin akan bertahan sampai beberapa tahun kedepan. Oleh karena itu sebaiknya strategi yang dapat ditawarkan sebagai salah satu langkah memutus rantai pendemi ini adalah dengan tidak terus berada pada posisi fear yang mendominasi diri kita.
Tidak harus bergantung pada vaksin, sebab vaksin hanyalah bentuk ‘kekalahan’ yang sewaktu-waktu akan menjadi resistensi di dalam tubuh. Tidak harus bergantung pada solusi stay at home atau PSBB sebab hal ini tentu saja mengandung resiko yang tak dapat diukur kedepannya.
Maka strategi yang ditawarkan adalah Syiar Qur’an sebagai gerakan spritual dalam menguatkan imunitas. Strategi Syiar Qur’an terdengar hanya untuk pemeluk agama islam, tetapi solusi ini juga dapat di arahkan ke pemeluk agama lain dengan kembali syiar kitab yang dipercaya.
Syiar Qur’an merupakan bentuk kampanye dalam meningkatkan keyakinan dan imunitas. Syiar Qur’an dapat dijadikan bentuk saling memotivasi dalam keadaan yang mencekik saat ini, sejatinya bahwa penyakit yang mematikan tidak berasal dari gen pembawa penyakit namun penyakit bisa berasal dari lingkungan (fikiran, perasaan dan hilangnya motivasi).
Maka untuk menumbuhkan imunitas yang yang kuat adalah dengan saling berbagi kekuatan dan keyakinan. Keadaan saat ini tentu banyak menimbulkan stres, kepanikan bahkan depresi hingga tubuh tidak mampu melawan Covid-19.
Syiar Qur’an ini tentu saja sangat perlu dilakukan dengan saling berbagi peran misalnya dengan tetap menerapkan gerakan-gerakan cinta Qur’an di setiap kalangan. Selalu membiasakan diri untuk membaca Al-Qur’an baik hendak keluar atau beraktivitas, melakukan kegiatan tadarrus bersama keluarga saat berada di rumah, selalu menjadikan Al-Qur’an sebagai solusi di setiap kejadian.
Sebagaimana yang telah diriwiyatkan bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan tujuan dan arah yang jelas yaitu menjadi penawar (obat) bagi manusia sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Firman Allah sebagai penguat dari fungsi Al-Qur’an yakni pada Q.S Al- Isra ayat 82 yang artinya: “… dan kami turunkan Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Qur’an tidaklah menambah kepada orang-orang zalim kecuali kerugian”.
Contoh lain yang berhasil sembuh dari penyakit salah satunya penyakit akibat Covid-19 dengan terus menetapkan Al-Qur’an sebagai obat penguat imunitas adalah Prof. DR. Dr. Idrus Paturusi (Dosen UNHAS Makassar), tokoh sepak bola Nasional (Andi Darussalam Tabusala) yang dinyatakan sembuh dari Covid-19 sebab selama dalam perawatan kedua tokoh menerapkan metode Qur’anic sebagai gerakan spritual menenangkan jiwa.
Kedua tokoh tersebut setidaknya menjadi contoh pengaruh kuat dari Al-Qur’an (Nasrullah, 2020). Kisah terdahulu pada zaman Rasulullah SAW juga dapat dijadikan sebagai contoh dalam menerapkan metode syiar Al-Qur’an sebagai obat atau penawar dari segala penyakit.
Misalnya kisah sahabat Rasulullah Ibnu Mas’ud yang meminta nasihat tentang maraknya wabah penyakit yang menyebabkan jiwanya tidak tentram, pikirannya kacau hingga berujung pada bentuk depresi dan sulit untuk tidur maupun makan. Seorang sahabat Rasulullah mengatakan mengambil air wudhu lalu membaca Al-Qur’an sebab Al-Qur’an adalah obat dari segala penyakit.
Kesimpulan akhir yang dapat disebutkan bahwa Syiar Qur’an dapat menjadi penguat imunitas. Mari kita bersatu menerapkan syiar-syiar ini baik masyarakat awam, pelajar, pegawai kantor, para uztaz dan uztazah, kepolisian, pasien penderita hingga tenaga medis. Telah terbukti bahwa Al-Qur’an mampu menumbuhkan motivasi diri yang berujung pada keyakinan sehingga menumbuhkan aura positif pada setiap insan.
*Artikel ini meraih Juara 3 pada Lomba Penulisan Esai se-Luwu Raya yang diselenggarakan oleh Pengurus Ikatan Pelajar Mahasiswa Indonesia Luwu Raya Universitas Negeri Makassar (IPMIL RAYA UNM). Follow Instagram IPMIL RAYA UNM di @ipmilraya_unm.