MALILIPOS.COM – Acara pengukuhan Komunitas To Konde yang sedianya dilaksanakan pada Senin (23/07/2018) di Desa Kawata, Kecamatan Wasuponda, Kabupaten Luwu Timur akhirnya berubah menjadi pesta syukuran biasa.
Sumber MaliliPos.com di Kawata mengatakan bahwa kegiatan tersebut diprotes sekelompok warga suku Padoe. Mereka berdemonstrasi dengan membentangkan spanduk dan beberapa poster bertuliskan “Tolong Suku Kami Padoe Jangan Diobok-Obok“, “Padoe Harga Mati” dan sebagainya.
Ratusan warga dan para undangan menghadiri acara tersebut, sementara sejumlah anggota kepolisian terlihat berjaga-jaga di sepanjang jalan, membuat suasana terasa menegangkan.
Khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, beberapa tamu undangan akhirnya memilih balik badan meninggalkan lokasi acara.
Wakil Bupati Luwu Timur Irwan Bachry Syam yang turut menghadiri acara tersebut menghimbau agar acara dirubah menjadi pesta syukuran saja demi menjaga keamanan dan kedamaian.
Ketidakhadiran Datu Luwu atau perwakilan dari Kedatuan Luwu juga menjadi bahan pertimbangan panitia sehingga akhirnya membatalkan rencana pengukuhan dan merubahnya menjadi acara syukuran warga To Konde.
Sebagai informasi, dalam sejumlah literatur yang ditelusuri MaliliPos.com disebutkan bahwa To Konde merupakan bagian dari sejarah Kerajaan Kuno Rahampu’u yang berpusat di Matano.
Bersama-sama dengan To Taipa, To Tambe’e, To Karunsi’e, To Kinadu dan To Padoe, To Konde dikenal sebagai Palili, yakni kelompok anak suku yang dianggap merdeka tetapi berhimpun di bawah naungan Kerajaan Rahampu’u. [aq/ffb]